Jumat, 28 Desember 2012

KL Express, It's So Cozy..

KL Express

Tempat nongkrong ala apotek. 
Hang out bareng teman-teman ke mi setan, niatnya sih ngisi perut yang sedang lapar. Sampai satu porsi mi setan habis, tersisalah beberapa kotak dimsum yang asapnya masih mengepul. Sambil makan, sambil ngobrol. Yang dibicarakan seputar kejadian-kejadian hari ini, yah..seperti merangkum kisah hari ini. Hingga akhirnya topik pembicaraan bergeser dari kisah pribadi ke dimsum yang di makan. Aku dan kawan-kawan saling bertukar dimsum dan mengomentari rasanya.
                Terceletuklah kata “ dimsum di KL express lebih enak dari ini”. Yah pembahasan pun bergeser ke dimsum di KL express. Kawanku begitu antusias ngajak makan disana malam ini juga. Hah, malam ini? Dengan muka gak yakin dan perut yang udah menggelembung akibat kenyang, hanya mengiyakan. Sepulang dari sana, tiba-tiba aja terjadi suatu musyawarah dan menghasilkan kesepakatan untuk putar balik ke “KL Express” untuk berkuliner dan nongkrong. 
menu dan kopi capuchino
 
Sesampainya di Villa Puncak Tidar, sudah berjejer mobil-mobil yang sudah pasti mobil pengunjung di sini dan waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Setelah turun dari mobil, saat masuk sudah ada tulisan “KL Express 24 Hours”  yang seakan-akan bersaing dengan apotek. Baru kali ini mengetahui ada tempat nongkrong mewah yang buka 24 jam. Terlintas pikiran-pikiran konyol akan cafe berkonsep mewah ini. Tersadar, teman memanggil untuk masuk ke dalam. Saat masuk, tempatnya sangat luas dan di ujung sendiri ada etalase besar dan berjejer menu di dalamnya. ‘Dimsum prasmanan’ batinku terheran-heran.
                Setelah melihat menunya yang banyak sekali, akhirnya aku memutuskan untuk memesan satu gelas kopi capuchino hangat. Meskipun enak-enak dan banyak pilihannya, Ada seputaran sayur dan lauk, seperti sam kecap, baikut goreng , sawi atau brokol, beraneka ragam dimsum, ada bubur juga, dll. Namun  ada satu menu yang menarik perhatian. Mau tau apa? Yaitu Dendeng Babi! Yaa..Dendeng Babi! Langsung merasa horor berlama-lama di tempat ini. Memang sih tidak semua menu mengandung babi, karena masih banyak pilihan kuliner lainnya yang menunggu untuk di coba.
YES PORK
dimsum udang
          Akhirnya setelah pesanan siap dan membayar, kami menuju kursi dimana kami akan menghabiskan tengah malam untuk mengobrol. Dengan menenteng kopi masing-masing, kami memilih tempat diluar. Waw..ternyata diluar lebih indah. Baru menyadari bahwa konsep “ KL Express” ini setengah Kantin, setengah Cafe. Tempatnya asik, nyaman, dan luas sekali. Asik karena tempat ini ada indoor dan ada outdoor. Kebetulan kami memilih outdoor, sepertinya sangat cocok dengan suasana malam yang terang.
                Menikmati kopi yang sudah di pesan, sambil betcanda ria, dan juga diiringi live music yang sangat menghibur karena suaranya sangat mengagumkan. Memperhatikan sang vocalis yang sudah paruh baya, menyanyi dengan penghayatan yang bagus. Sepanjang lagu, ia memejamkan mata. Tapi suaranya memang top jerr. Setelah asik mengamati sang vocalis, mata menjalar ke sekeliling ruangan. Pengunjung di sini rata-rata adalah orang cina, begitu juga dengan pemiliknya. 
suasana indoor
 Berada ditengah-tengah taman membuat seakan-akan berada di taman Villa, karena konsep outdoornya memang seperti itu. Jadi tempat ini begitu nyaman untuk dijadikan tempat hangout. Mau nongkrong atau mau makan semua bisa dilakukan dengan nyaman. It’s so Cozy Alright?
(ULFAH/043)

Es Tawon? Tawon dan Es?

Es Tawon?? Tawon di olah jadi es??
Sempet berfikir seperti itu, kan orang indonesia itu kreatif banget. Semuanya diolah.
Tapi untuk es tawon ini sepertinya salah besar. Karena es tawon itu bukanlah nama minumannya, melainkan julukan untuk es yang disajikan di sini. Sebenanya menunya sangat sederhana, es campur dan beberapa pilihan lainnya. tapi yang menarik adalah tawon-tawon yang mengerubungu gula yang digunakan sebagai pemanis.

Jadi ceritanya kita minum es ditemenin tawon. Begitulah asal muasal lahirnya es tawon. Namun siang itu sepertinya bukan hari baik buat saya, karena nggak ketemu sama satupun tawon yang berkeliaran disitu. Apa mungkin mereka sudah berimigrasi?? LOL.

Yang jelas, ada atau tidaknya tawon, kesegaran es campur siang itu sangat melegakan tenggorokan. Saya dan 2 orang teman berada di tugu sejam sebelumnya, kami sedang melakukan liputan di sana. Tak terasa hari semakin siang, dan matahari semakin tajam memancarkan sinarnya, dan kami menyerah.

Setelah itu terpikirlah untuk mencoba es tawon yang selama ini sangat ternama serta membuat penasaran, dan berada di samping Ramayana.. Dan jadilah saya menulis artikel ini. (Shanty/051)

Es Campur

Menu

Toko "OEN" (lagi)

Toko "Oen"
Toko "Oen", pasti sudah banyak yang tau donk, secara tempatnya ada di tengah kota dengan bangunan tuanya yang berdiri kokoh. Dan banyakturis mancanegara yang turut meramaikan tempat itu, sehingga menarik perhatian turis domestik.

Sebagian orang menganggap kalo Oen ini spesialnya adalah es krim. Tapi itu dibantah langsung oleh pengelola toko "OEN", bapak Jon Alif. Bukannya sok tau atau ngaku-ngaku, aku sempet liputan disana untuk tugas salah satu mata kuliah jurnalistik.

Jadi, apa dong yang spesial di Oen ini?? Steak!!!
Yang membuat steak disini sangat spesial adalah, resep dan para koki yang sudah turun temurun dari jaman dahulu kala. Bayangin, kalo kokinya turun temurun, berarti sekeluarga itu udah jadi koki andalannya Oen dong?



Dan menurut bapak Jon, toko Oen ini sudah menjadi cagar budaya yang tidak bisa dirubah bentuk bangunannya. Jadi, bener-bener terjaga keasliannya. Dari rasa sajian, hingga kekhasan bentuk bangunan. Dan itu menjadi daya tarik tersendiri bagi turis mancanegara. Kebanyakan mereka datang dari Holland, setelah ditanya kenapa mereka datang kesini, ya karena Oen ini restoran peninggalan zaman penjajahan Belanda.



Waiter di Oen ini menggunakan 3 bahasa lho, bahasa Indonesia, Inggris, dan Belanda. Jadi yang mau jadi karyawan disini, harus bisa menguasai ketiga bahasa itu.

Kenapa orang banyak yang beranggapan kalo es krim itu spesialnya toko Oen?
ya karena es krimnya lezat sekali. Rasanya beda sama es krim-es krim lainnya. Ya itu tadi, resep rahasianya turun temurun dari nenek moyang. Saol es krim baca disini es krim legendaris. Oen juga menyediakan berbagai macam makanan ringan jaman dahulu yang dikemas dengan modern. Lengkaplah toko Oen ini buat para pemburu jajanan lawas. (Shanty/051)


How Cool Are You??

               Pernah suatu hari seseorang sebut-sebutin nama cafe yang satu ini. Katanya sih, tempat nongkrongnya anak gaul se-Malang Raya. Wow x.o right? Extra ordinary meen.. Jaman sekarang mana ada sih orang yang nggak ngaku kalo dirinya gaul abiis..bis..bis...buzz...

Oke. Fokus!! Jadi agak beda dari sebelumnya, mungkin bahasa yang aku pakai kali ini santai banget ya. Yaa nggak beda jauhlah sama pembahasan postingan ini.

Sebagian dari kalian yang memang bener-bener gaul pasti tau tempat ini, dan bahkan udah gak minat lagi baca artikel ini. Tapi gak ada salahnya donk bagi-bagi info buat yang belum se-gaul dan se-cool kalian. *wink*

Nah lanjut ke kisahku yang kala itu masih belum se-keren sekarang. LOL!
Dan diajaklah aku kesana oleh salah satu temen terunikku. Isunya disana ada batagor yang jadi favorit anak gaul jaman sekarang. Ssst.. kalian yang merasa tau tempat itu, please jangan bocorin rahasia kita. Hmmph...

Sampailah pada saat yang berbahagia. 
Tempatnya sih nggak luas banget. Tapi cukup buat nampung kerumunan arek gaul Malang yang habis pulang sekolah, ngaso disana. Aku kesananya pas ujan berhenti jadi bawaannya sejuk gitu. Padahal tempatnya bukan taman loh, cuma ada beberapa pohon yang mengelilingi.

Bener banget, isinya anak gaul semua. Ada pasangan-pasangan muda duduk deket-deketan. Sekelompok anak SMA yang baru pulang sekolah. Mahasiswa/i juga banyak. Gadget lengkap. Asap rokok berhembus dari hidung dan mulut. Di sini, di Eureka.

Eureka
Yang aku penasaran ya sama batagornya, padahal di list menu-nya banyak banget foods yang disediakan. Tapi pas liat ke meja orang-orang, kenapa semua pesennya batagor?? Ya yang pasti harus dicoba biar tau rasanya.

Jadilah batagor pesenanku dan para kawananku. Kalo untuk minumannya, yaa standard cafe lah yaa. Tapi ditawarkan dengan nama yang unik dan menggoda. Dan nggak tau ya, orderan minum ini datangnya lama, mungkin karena antri. Fine.

Batagor ini namanya Batagor Bang Ben. Enak lho, suweer enak. Dari logatnya keliatan kalo si penjual orang Bandung aseli. Speechless deh saking enaknya batagor. Dan yang pasti mengenyangkan. Temenku aja sampe terheran-heran kok bisa batagor ini ngenyangin banget. Dengan harga yang murah banget kita bisa menikmati rasa yang begitu mewah.

Batagor Bang Ben
Untuk batagor kita cuma perlu bayar 7ribu rupiah saja, untuk makanan dan minuman lainnya, bisa diliat di list menu aja.

List Menu
Jadi begitulah alasan kenapa anak SMA dan mahasiswa/i suka banget nongkrong disini. Tempatnya asiik, sajian juga mendukung. Mampir deh kalo nggak mau kalah gaul sama yang lain. Tempatnya ada di belakang gereja Ijen, atau deketnya hutan kota Malabar. (Shanty/051)

Suasana Eureka

Si Tengil yang Cetar Membahana

Bebek rempah, Batu



Saat Perjalanan menuju Jatim Park 2, di kiri jalan ada yang mengganggu penglihatan saya. Ternyata sebuah warung makan bebek yang bernama bebek tengil. Terpikir, aneh juga ada bebek namanya tengil. Apanya yang tengil? Sepulang dari Jatim Park 2 perut sudah lapar minta diisi. Bingung mau makan dimana. Tiba-tiba terbesit suatu warung yang membuat saya bertanya-tanya tadi. Setelah selesai flashback, sudah diputuskan untuk mengisi perut disana saja.
                Warung makan bebek itu letaknya di jalan Raya Mojorejo A6, Junrejo, Kota Batu. Tempatnya sederhana, tidak besar, tapi terasa asri. Setelah menunggu pesanan, akhirnya tercium juga bau bebek yang menggoda. Saya yakin itu pasti makanan yang saya pesan tadi. Tidak sabar untuk segera mencicipi. Sebelum ibunya pergi, saya menyempatkan diri untuk bertanya mengenai nama dari warung ini. Kata penjualnya dinamakan bebek tengil, karena warna sambalnya yang tidak jelas, apakah sambal hijau atau sambal merah. Sempat ngerasa lucu dan heran, karena hanya alasan warna sambal, nama bebek ini jadi tengil. Setelah usai mencerna kata-kata penjual tadi, kembali fokus saya pada bebek yang sudah tersaji dimeja makan ini.

Bebek dan Sambal Tengil versi bakar
Bebek Tengil Original

Nasinya dicetak dengan mangkok dan diberikan bumbu bebek berwarna kekuningan, sementara bebeknya sudah digoreng garing dan diberikan kremesan bumbu goreng. Tidak mau berpikir lama, langsung saja dagingnya dicomot dan di colek-colek pada sambal yang katanya tadi tengil. Rasa dagingnya sih lumayan enak, tidak terlalu keras, dan tidak terasa bau bebeknya. Lebih mantap adalah sambalnya, sambal yang berminyak itu rasa pedesnya cukup nendang dan bikin sensasi makan bebek ini jadi keringatan. Cocok sekali karena suasana sore diluar sedang diguyur hujan. Jadi dingin-dingin keringetan. Meskipun tidak terlalu besar bebeknya, tapi cukuplah mengeyangkan perut yang kelaparan. Setelah Perut penuh, waktunya membayar. Ternyata harganya tidak mahal, satu porsinya cukup merogoh kocek 11 ribu saja. Cocoklah dimasukkan dalam daftar kuliner bersama teman-teman nanti.
Kalau yang tidak suka makan bebek, jangan kecewa dulu. Soalnya ada menu lain di warung ini, contohnya saja tersedia Sop Iga, Tongseng Iga, Iga bakar, Ayam bakar juga ada, dan tetap saja sambalnya yang tengil selalu menjadi teman santap pengunjung. Tapi, saya belum mencoba menu lain selain bebeknya, karena menu utama memang bebek tengilnya. Lain kali, ketika kesana lagi, saya akan mencoba yang lain. Apakah sama-sama tengil seperti bebeknya? Coming soon.. (ULFAH/043)