Bulung Khas Bali
Sebagian besar lidah masyarakat di luar Bali,
pasti tidak suka dengan makanan yang berbau sangat amis ini. Bulung
adalah bahasa bali untuk rumput laut. Berbeda dengan rumput laut lainnya
yang agak berlendir yang sering dibuat sebagai campuran es campur,
rumput laut yang dibuat masakan urap ini tidak berlendir dan helainya
lebih kecil dan lebih keras di bandingkan rumput yang berlendir.
Di warung warung kota Denpasar, bulung dijual bersamaan dengan rujak
kuah pindang gula dan tipat santok. Warna rumput lautnya putih dan
hijau. Asli rumput laut berwarna kehitaman. Setelah dijemur
berulang-ulang sampai sekitar 5 hari barulah warnanya berubah menjadi
putih kemudian dikeringkan. Kalau menginginkan warna hijau maka rumput
laut yang berwarna kehitaman tadi direndam dengan kapur sirih selama 20
menit sampai berubah warna.
Proses pembuatannya bulung :
1. Rumput laut yang kering direndam sampai mengembang selama 3 jam;
kemudian dimasukkan ke dalam air mendidih sekitar 10 menit supaya matang. Setelah itu diamkan sampai dingin.
2. Parutkan kelapa yang sudah dibakar terlebih dahulu.
3. Kuah rebusan ikan laut (biasanya ikan pindang).
Setelah ketiga bahan itu siap, baru disiapkan bumbu-bumbunya. Lombok
(cabe) kecil, Terasi, Garam, Lemo (jeruk purut), lengkuas (diparut)
dan penyedap rasa secukupnya.
Bumbu-bumbu tersebut diulek kemudian dicampur dengan parutan kelapa dan
lengkuas. Setelah itu baru dicampur dengan rumput laut yang sudah
matang dan dicampur jadi satu kebumbu kuah pindang tersebut.
Kalau anda belum pernah jangan mencoba banyak dulu sebaiknya coba
sedikit dulu, kemungkinan anda tidak langsung menyukainya karena baunya
yang amat amis.
Jika anda akan berlibur ke Bali, jangan lupa anda harus mencoba bulung tersebut.Deden/025
0 komentar:
Posting Komentar