Serombotan Dadong Wari
Serombotan ini merupakan makanan khas dari daerah Kabupaten Klungkung yang dibuat dari campuran beberapa jenis sayuran, kacang-kacangan dan bumbu. Hidangan ini biasanya untuk temannya nasi,Saking enaknya dan laris di pasaran, kini daerah penjualannnya semakin meluas dan tidak terbatas di daerah Klungkung saja. Jika selama ini serombotan lebih banyak didominasi oleh sayuran, kini Anda bisa menemukan menu serombotan baru yaitu serombotan kacang.
Bahannya sangatlah sederhana, hanya terdiri dari kacang panjang, kecambah, kecipir, bayam, kubis. Semuanya kemudian diurap dengan parutan kelapa yang diberi bumbu bawang merah bawang putih dan sedikit cabai rawit. Tapi rasanya sudah mendunia, serombotan menjadi menu utama warga Bali dan jadi makan siang bagi para turis asing yang berlibur di Bali.
Serombotan yang awalnya hanya dikenal di Klungkung kemudian menjadi makanan rakyat yang bisa dijumpai di setiap gang, pinggir jalan dan kampung. Tidak hanya di pinggir jalan gang ataupun kampung tapi serombotan juga di jual di restoran sekitar Gunung Batur, Ubud, Nusa Dua, Sanur, Lovina, Candidasa, dan puluhan kawasan wisata lainnya di Bali.
Bagi Dadong Wari, 67 tahun serombotan adalah hidup dan matinya. Dia telah lebih dari 50 tahun menjadi dagang serombotan.
“Semenjak saya masih remaja, dulu ikut nenek, kemudian magang pada ibu akhirnya setelah keduanya makin tua saya yang jadi pewaris tunggalnya, jadi pedagang serombotan,” tuturnya. Di Jalan Penatih Bali yang merupakan sentra serombotan selain Klungkung.
“Semenjak saya masih remaja, dulu ikut nenek, kemudian magang pada ibu akhirnya setelah keduanya makin tua saya yang jadi pewaris tunggalnya, jadi pedagang serombotan,” tuturnya. Di Jalan Penatih Bali yang merupakan sentra serombotan selain Klungkung.
Dadong Wari memang sudah kondang sejak jaman dahulu kala. Dia menempati warung sederhana berlantai tegel beton. Hanya ada 1 meja yang disarati beberapa baskom berisi sayuran. Penarak adalah sejenis bakul tempat nasinya masih terbuat dari anyaman bambu. Tempat air untuk mencuci tangan dan piring pelanggan berupa gentong dari gerabah yang sejak tahun 60an tetap menemaninya.Dan untuk semua kenikmatan serombotannya itu dia hanya mengutip harga kurang lebih dari Rp 3000. Sehat, enak dan murah, begitu kurang lebih pedoman Dadong Wari dalam berdagang.
Usia yang semakin senja membuat Dadong Wari cepat letih dan capek. Anak dan cucu yang diharapkan untuk meneruskan usaha yang dirintisnya selama 50 tahun tidak berminat, mereka malah menggeluti dunia lain. Dengan alasan tidak mau mengecewakan pelanggan tetapnya, Dadong Wari tetap terus bertahan berjualan serombotan sampai sekarang. Deden/025
0 komentar:
Posting Komentar